PesonaTugu Monas Jakarta Tugu monas Jakarta ini mempunyai ketinggian 132meter (433 kaki) yang didirika untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan colonial hindia belanda, monument yang dibangun pada 17 agustus 1961 ini dimahkotai lidah api yang dilapis lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan Kitabal-Haft al-Syarif telah diterbitkan pada tahun 1977 dan pada tahun 1978 M di Beirut, diedit oleh Dr. Mustafa Ghalib. Terbitan buku dengan jodolnya yang asal Kitab al-Haft al-Syarif ini adalah sebagai penentangan beliau kepada buku yang sama yang diterbitkan oleh Matba‘ah Kathulikiyyah, Beirut pada tahun 1960 yang diedit oleh Dr. Aref Tamer dengan mengubah nama Kobaranapi kembali muncul di RT. 05 RW. 03 Kelurahan Mangunjaya Kecamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel. Jikasatu yang demikian ada di dalam tendaku, apakah artinya puluhan kereta emas murni Oshtogar? Sebab bukan dari permata biasa ia dibuat. Kilaunya tujuh warna, menari-nari seperti permainan cahaya dalam pinggan ajaib. tergantung manik yang paling besar. Segitiga samasisi, kemerah-merahan seperti kobaran api. “Patung permata memanggilmu Bentukkobaran api dari emas Murni pada puncak monas menyimbolkan semangat juang bangsa Indonesia yang tak pernah padam. Gambar manusia terlepas dari rantai menyimbolkan kebebasan provinsi Irian barat setelah dijajah Belanda. Patung Sultan Hasannudin yang berada di kota Makassar menyimbolkan Sultan Hasannudin yang terkenal dari kota BentukBentuk Gunung Api dan Ciri-Cirinya. 1). Gunung api Perisai/Prisma. Gunung api perisai berciri lerengnya agak landai berbentuk perisai. Gunung api ini hanya terdiri dari lapisan-lapisan lava saja, karena lava yang keluar dari gunung api hanya berupa lava yang cair sekali, sehingga dapat mengalir jauh menuruni lereng, kemudian mengalami . 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Jfr6duZ_90QxCS_raBH86JNm5Vxyb67SOIhKxSvcZl87yetW1MwE-w== Pengertian Monas Monumen Nasional Siapa yang tidak tahu Monas? Monumen Nasional yang kaya akan sejarah bangsa Indonesia ini. Setiap warga Indonesia pasti tahu sejarah Monas dan pernah mengunjunginya. Monumen Nasional atau yang disingkat Monas merupakan peringatan setinggi 132 meter yang didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari kolonial. Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter 433 kaki yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Informasi Monumen Mansional Lokasi Jakarta, Indonesia Alamat Lapangan Merdeka Mulai dibangun 17 Agustus 1961 Selesai 12 Juli 1975 Diresmikan 12 Juli 1975 Tinggi 137 meter Desain Kontruksi Arsitek Frederich Silaban, Soedarsono Kontraktor utama Adhi Karya tiang fondasi Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Periodisasi Seni Rupa Mancanegara, Zaman Prasejarah, Zaman Klasik, Zaman Pertengahan, dan Zaman Renaissance Lengkap Sejarah Monas Monumen Nasional Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang. Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Candi Borobudur dan Asal Usul Berdirinya Ukuran dan Bentuk Monas Tugu Monumen Nasional yang biasa disebut Monas memang fenomenal. Tugu Monas setinggi 132 meter, dengan lidah api pada bagian atasnya yang terbuat dari bahan emas seberat 38 kilogram ini, menggambarkan semangat perjuangan yang terus menyala. Monas dibangun di areal seluas 80 hektar, diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono. Pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 dan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama selesai pada 1963, dilakukan pembangunan pondasi dengan 284 pasak beton dan 360 pasak bumi, dinding museum di dasar bangunan dan obelisk. Tugu monas dirancang mengacu pada konsep universal pasangan berupa Lingga dan Yoni. Tugu obelisk melambangkan lingga, elemen laki laki yang maskulin dan aktif. Sedangkan pelataran tugu melambangkan Yoni, elemen wanita yang pasif. Pasangan Lingga dan Yoni ini melambangkan kesuburan dan keharmonisan. Kedua simbol ini sudah dikenal di Nusantara sejak zaman dahulu kala. Simbolisasi lain adalah perwujudan sebagai sepasang “alu” dan “Lesung”, alat penumbuk padi pada rumah tangga petani tradisional Indonesia. Hal ini menunjukkan kekhasan budaya bangsa Indonesia. Kolam berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekat kolam dibangun air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung yang dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato merupakan sumbangan dari Konsul Jenderal Kehormatan, Dr. Mario. Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut, searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut, dimulai dari kejayaan Nusantara, penjajahan hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Di bagian dasar monumen, pada 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah dilengkapi dengan 51 diorama yang menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Di gedung berbentuk cawan terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini juga menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia, diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Lambang Negara, Peta Negara dan lainnya. Untuk menuju ke puncak monas, sebuah elevator lift berkapasitas 11 orang, akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak Monas yang berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Seni Patung – Bentuk, Fungsi, Jenis & Teknik Bagian-Bagian Monas Lidah Api Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan. Pelataran Puncak Pelataran puncak luasnya 11×11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu. Pelataran Bawah Pelataran bawah luasnya 45×45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah. Museum Sejarah Perjuangan Nasional Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80×80 m. Pada keempat sisi museum terdapat 12 diorama jendela peragaan yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Bukti dan Fakta-Fakta Mengenai Sejarah Pembangunan dan Rancangan Monas Pembangunan Monas Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 – 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 G-30-S/PKI dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman. Rancang Bangun Monumen Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.[6] Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang “alu” dan “lesung”, alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia. Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato[7] sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen. Bentuk kobaran api dari emas Murni pada puncak monas menyimbolkan semangat juang bangsa Indonesia yang tak pernah padam. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID d93KN-a9XHaJyoYDsIsHcYY3FP1y-os2l2O3b3ZCb_8Lalm4EI6-bg== - Monumen Nasional Monas di Jakarta Pusat kembali dibuka secara penuh untuk umum mulai Jumat 01/07/2022. Bagi yang hendak berlibur ke Monas, berikut adalah daftar tempat serta aktivitas yang bisa dinikmati oleh Pelataran Bawah Monas diketahui terdiri dari tiga bagian, yakni Pelataran Bawah atau Pelataran Cawan, Pelataran Puncak, dan Lidah Api. Bagian Pelataran Cawan luasnya mencapai 45×45 meter, dikutip dari laman Museum Jakarta. Adapun jarak antara tinggi Monas hingga area Pelataran Cawan lebih kurang 17 meter. Dari tempat ini wisatawan bisa melihat Taman Monas yang menjadi salah satu area beraktivitas masyarakat di Jakarta. Baca juga Diorama Supersemar di Museum Monas 2. Pelataran Puncak Naik ke bagian lebih atas ada Pelataran Puncak yang areanya semakin kecil, punya luas 11x11 meter. Buat wisatawan yang tertarik menuju ke area Pelataran Puncak, bisa naik lift atau tangga. Lantaran letaknya lebih tinggi dari Pelataran Cawan, wisatawan bisa melihat pemandangan Kota Jakarta. Jika cuaca cerah bisa melihat panorama Gunung Salak serta Kepulauan Seribu. Baca juga Panduan Melihat Jakarta dari Puncak Monas 3. Lidah Api CARINA Miniatur lidah api tugu Monas yang ada di Museum Sejarah Nasional. Foto diambil pada Selasa 25/6/2018. Di bagian atas Monas ada Lidah Api yang tampak mencolok dengan bentuk seperti kobaran api keemasan. Lidah Api tersebut terbuat dari bahan perunggu dengan tinggi 17 meter, berdiameter 6 meter, dengan berat 14,5 ton. Bagian luarnya dilapisi dengan emas seberat 45 kilogram kg dan terdiri dari 77 bagian kemudian disatukan. Baca juga 4 Fasilitas Olahraga Gratis di Monas, Ada Lapangan Bulutangkis 4. Museum Sejarah Perjuangan Nasional ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja Sejumlah warga menikmati suasana di kawasan Monumen Nasional Monas, Jakarta, Sabtu 18/6/2022. Pemprov DKI Jakarta memutuskan kembali membuka kawasan Monas setelah adanya pelonggaran aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat PPKM di Jakarta yang saat ini menerapkan aturan PPKM level 1 namun kini Jakarta dan wilayah sekitarnya masuk ke level 2. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU Selain Monas, wisatawan juga bisa berkunjung ke Museum Sejarah Perjuangan Nasional. Museum yang punya tinggi ruangan sampai delapan meter dengan luas 80x80 meter itu berisi 12 diorama dengan menampilkan berbagai peristiwa bersejarah di Indonesia. Belasan diorama tersebut menggambarkan sejarah Indonesia dari zaman kerajaan hingga peristiw G30S/PKI. Baca juga Spot Instagramable di Monas, Ada Taman Tersembunyi 5. Taman Monas Jika sudah puas belajar soal sejarah Indonesia di Museum Sejarah Perjuangan Nasional, wisatawan bisa melanjutkan kunjungan ke Taman Monas. Wisatawan disarankan memakai alas kaki yang nyaman agar lebih leluasa menjelajahi area Taman Monas. 6. Fasilitas olahraga Monas diketahui juga punya fasilitas olahraga, seperti lapangan futsal, lapangan voli, dan juga lapangan basket. Tersedia area tempat refleksi tubuh yang bisa dicoba secara gratis bagi para wisatawan. Baca juga 4 Cara Mudah ke Monas Naik Kendaraan Umum 7. Patung Diponegoro ADITYO PRODJO Replika lukisan Pangeran Diponegoro yang dilukis secara langsung oleh juru gambar, Adrianus Johannes Bik 1790-1972. Lukisan asli itu kini disimpan Rijsprentenkabinet di Rijkmuseum, Belanda. Selain bisa menikmati berbagai fasilitas dan berkunjung ke sejumlah tempat menarik, di kawasan Monas juga ada beberapa patung para pahlawan Indonesia, dilansir dari Jumat 13/8/2021. Misalnya Patung Diponegoro yang terletak sisi utara kawasan Monas. Patung itu dulunya adalah pemberian dari mantan Konsul Jenderal Kehormatan Indonesia di Italia, Dr Mario Pitto. Patung tersebut juga dibuat oleh pemahat Italia bernama Profesor Cobertaldo. Diponegoro adalah seorang pangeran kelahiran Yogyakarta pada 11 November 1785. Dia menjadi tokoh utama dalam Perang Jawa pada periode 1825-1830 melawan Hindia Belanda. Diponegoro dianggap berjasa dan hingga kini masih dijadikan teladan bagi masyarakat Indonesia. Baca juga Monas Buka Lagi, Catat Cara Masuk dan Jam Bukanya 8. Patung Ikada AGUSTIAN Kawasan Monas diramaikan oleh pengunjung yang berwisata pada akhir pekan ini, Jakarta Pusat, Minggu 19/6/2022. Di sebelah selatan kawasan Monas ada Patung Ikada, singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Jika patung lain di Monas menggambarkan pahlawan Indonesia, patung ini berbentuk sosok lima pemuda yang memasang bendera Merah Putih. Patung Ikada dibuat untuk mengenang salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia, yakni Rapat Raksasa Ikada pada 19 September 1945. Rapat tersebut diabadikan menjadi sebuah patung guna menandai pertama kalinya Presiden pertama RI Republik Indonesia Soekarno dan Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta bertemu dengan rakyat. Baca juga Monas Segera Buka Lagi, Berikut 8 Tempat Wisata di Sekitarnya 9. Patung MH Thamrin Di sebelah barat Monas ada Patung Muhammad Husni MH Thamrin. Sosok itu dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan asli Betawi. Patungnya dibuat oleh seniman bernama Arsono serta diresmikan pada 11 Januari 1982. Bukan hanya terkenal sebagai pahlawan nasional, MH Thamrin juga dikenal sebagai pedagang yang dermawan. Dia diketahui pernah memberikan sejumlah uang kepada keluarga Soekarno. Baca juga Aktivitas di Monas yang Buka Setelah Tutup 2 Tahun, Bisa Kulineran 10. Patung RA Kartini Pahlawan emansipasi perempuan Indonesia, yakni Raden Ajeng RA Kartini, juga dijadikan patung dan dipajang di sisi barat Monas. Diketahui ada tiga buah patung yang menggambarkan Kartini tengah menari dengan gerakan berbeda. Jika Patung Diponegoro pemberian dari Italia, Patung RA Kartini di Monas ini adalah pemberian dari Pemerintah Jepang kepada Indonesia. Bukti patung RA Kartini adalah pemberian Jepang terlihat dari adanya ukiran huruf Jepang di bagian bawah patung. Baca juga Monas Buka Kembali, Bisa Naik ke Puncak Tugu 11. Patung Chairil Anwar Selain pahlawan ada juga patung seorang penyair legendaris Indonesia, Chairil Anwar. Patungnya diletakan di kawasan utara Monas. Bentuk patungnya setengah badan tersebut menggambarkan wajah Chairil Anwar dengan pandangan lurus ke depan. Patung berbahan perunggu tersebut juga dibuat oleh Arsono. Peresmian Patung Chairil Anwar dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta R Suprapto pada 21 Maret 1986. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Jakarta - Siapa yang tidak kenal dengan Monas yang berada di Pusat Ibukota Jakarta? Tapi, traveler sudah tahu dari mana emas di monumen itu berasal?Ternyata, emas yang berada di Monas diperoleh dari Desa Lebong Tandai, Lebong Tandai adalah salah satu Desa di Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Desa ini dialiri oleh Sungai Lusang yang cukup jernih dan terdapat Bendungan bernama 'Tokorotan' yang dibangun kolonial Belanda, dengan jembatannya yaitu bernama Pooley yang di bangun 30 maret 1985 oleh Belanda dan beberapa Rel Kereta Kecil molek yang masih di gunakan sebagai salah satu nya alat Transportasi menuju ke Desa Lebong menuju ke Desa Lebong Tandai ini tidak semudah yang kita bayangkan, dimana jalan menuju ke sana baru saja bisa diakses karena Program Bupati Bengkulu Utara bekerjasama dengan TMMD Tahun 2020 adanya program diharapkan kedepannya dapat ditempuh dengan roda 4, sehingga masyarakat dapat lebih berinteraksi dengan dunia luar. Lebong Tandai Foto Rahmad Himawan/d'travelersPerjalanan pertama ditempuh dari Ketahun Bengkulu Utara menuju Desa SP3 kemudian PT API, tempat kita bisa beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju Desa Lebong berjalan kaki, kita dapat menempuh perjalanan dari tempat titik Rel Kereta Molek sekitar 45 menit untuk sampai menuju Desa Lebong Tandai, namun jika menggunakan molek mungkin lebih mempersingkat waktu. Untuk menuju Desa Lebong Tandai kita akan Melewati 4 terowongan peninggalan zaman Kolonial Perjuangan bangsa Indonesia, sehingga sangat disarankan untuk membawa perbekalan yang lupa untuk membawa senter saat melewati terowongan karena di dalam terowongan posisi sangat gelap dikarenakan belum adanya penerangan yang cukup meskipun keadaan siang sampai di Desa Lebong Tandai, kita lebih baik melapor di pos dan mengunjungi kepala Desa disini, yaitu kepada Supriyadi. Beliau juga sangat ramah dan kalian ingin menginap, kalian bisa Bermalam di Kantor Desa yang Seperti Hotel Bintang 2 ini, di mana kantor Desa di sini memiliki banyak kamar yang bisa menjadi tempat penginapan kalian. Sehingga esok harinya kalian bisa berkeliling untuk melihat pesona Keindahan Desa Lebong Tandai ini, yang dikelilingi oleh bukit dan gunung yang sangat sejuk dan Tandai Foto Rahmad Himawan/d'travelersAir yang mengalir sangat jernih, juga beberapa Bendungan atau Tempat pendulangan emas yang masih digunakan masyarakat untuk mencari emas atau kincir air yang digunakan sebagai tenaga listrik untuk menerangi permukiman, dan segala kebutuhan listrik masyarakat di ada salahnya kita untuk berbincang dengan masyarakat untuk mendengar cerita langsung tentang sejarah desa ini yang masih menyimpan peninggalan yang terjaga,Kepala Desa, Supriyadi, mengucapkan Terimakasih kepada Bupati Bengkulu Utara, Ir. yang bekerjasama dengan program TMMD sehingga akses untuk menuju Desa Lebong Tandai ini sudah dapat diakses menggunakan roda 4 dan roda 2. Sehingga masyarakat dapat berinteraksi atau mudah untuk menuju Kecamatan Napal Putih atau ke desa tetangga ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Rahmad Himawan dan sudah tayang di d'Travelers Stories. Simak Video "Malam Ini Lampu di Monas-Bundaran HI Padam, Begini Penampakannya!" [GambasVideo 20detik] elk/elk

bentuk kobaran api dari emas murni pada puncak monas menyimbolkan